Pages

Yuhuu.. udah lama banget enggak berbagi cerita di blog ini,hampir sepuluh dekade lebih. Hehehe.. Sebelumnya, aku ngucapin selamat tahun baru dulu ye buat semuanya, walaupun udah telat banget. Semoga di tahun yang baru ini, semua mimpi yang belum terwujud di tahun sebelumnya bisa tercapai di tahun ini. Aminn…
 Tak terasa udah bulan februari aja nih. Satu bulan telah terlewati di tahun ini. Rasanya cepeettt banggett. Hmm.. Bulan februari...sepertinya aku mengingat sesuatu, tapi apa ya ? Sebentar… oh ternyata itu, hari yang ditunggu para pasangan-pasangan yang sedang jatuh cinta. Yap, hari valentine. Kata orang-orang sih hari kasih sayang dengan berbagi coklat kepada orang yang dicintai dan paling disayangi. Kira-kira  aku dapet coklat dari siapa ya ? Hehe.. maklum, kebiasaan anak kos-kosan. Sukanya gratis mulu dan juga aku masih single. Bukan jomblo ya…ingett.
Ya sudahlah kalau gitu, semoga di bulan Februari ini dan bulan-bulan berikutnya menjadi sesuatu yang indah untuk menciptakan kenangan-kenangan yang paling berharga dalam hidup anda. 


Pagi ini, aku bangun lebih awal dari jam beker yang aku setel tadi malam. Entah  apa yang aku  pikirkan , tapi sangat membuatku gila. Tiba-tiba mataku tertuju  pada handphone mungil yang tergeletak diatas meja, bersebelahan dengan sebuah gelas putih yang menjadi sumber inspirasiku pada setiap cerita. Tak ada yang bisa kutemukan  pada halaman awal handphone mungil itu. Hanya terpampang wallpaper katak yang sedang tersenyum kearahku. Huh… Begitulah pagi yang indah ini selalu menyapaku.

Ku buka pintu dan menyapa setiap orang yang kutemui, semuanya adalah cowok. Iya, aku tinggal disebuah rumah kost-kost an dengan ruangan kamar yang cukup banyak. Hal itu tentunya membuat rumah ini selalu ramai. Memang menyenangkan, namun aku tidak suka keramaian, itu bisa memecahkan inspirasiku.

Setiap hari aku mendengarkan cerita-cerita dari mereka tentang pacarnya. Tentunya itu membuatku bosan karena aku sendiri belum punya seorang pacar yang mewarnai hari-hariku. Bukan berarti aku homo. Hanya seorang pria yang belum ingin mengenal cinta dan memahaminya lebih dalam lagi.

Di kehidupanku memang banyak sosok wanita yang pernah menghampiri dan menyapa atau datang dan pergi. Itu selalu menimbulkan pertanyaan yang belum terjawab hingga hari ini. Aku tak mengerti. Mungkin suatu saat nanti bisa kutemukan dan kembali membuat cerita baru.

Cinta memang bisa mengubah sesorang. Yang jahat bisa menjadi baik atau yang baik bisa menimbulkan kejahatan. Mungkin itulah salah satu penyebab aku selelu berhati-hati dengan cinta. Bisa membuat suka atau duka, tergantung dua insan itu menjalani cerita mereka. Cerita ini mengingatkan ku akan kisah-kisah remaja yang pernah aku miliki. Jika kisah itu diulang kembali, pasti akan menghilangkan bagian-bagian terpenting itu.

Aku bukanlah sosok pria yang romantis, namun perhatian dan protektif. Kedua hal itu aku lakukan secara tidak berlebihan, itu bisa membuat orang-orang disekitarku merasa terikat dengan diriku. Senyuman yang kumiliki adalah modal utama dalam setiap misi-misi rahasiaku. Menurutku, itu bisa membuat seorang wanita selalu menginginkan kehadiran diriku dalam setiap mimpi-mimpinya dimalam hari. Hehehe…itu hanya pendapat pribadiku saja. Tidak usah dipikir panjang.

Hal ini lagi-lagi mengingatkanku dengan seorang teman wanita yang pernah aku sukai dibangku abu-abu itu. Dia memang cantik, manis dan imut, namun terlalu polos untuk diriku. Aku tidak mengharapkan lebih dari dirinya, cukup dengan selalu ada disampingku saja sudah sangat membantuku dalam menyelesaikan tugas trigonometri. Saat itu aku sangat bersemangat karena api cinta yang kumiliki belum kehabisan bahan bakar. Yang selalu ada diingatanku saat itu hanyalah dia, mimpiku saat tidur, foto-foto yang ada di handphone maupun pesan-pesan singkat yang setiap detik aku terima dari dirinya. Sangat indah dimasa-masa itu. Dia membuat masa-masa remajaku indah, penuh bunga-bunga melati ataupun bunga mawar merah yang tak berduri.

Masa-masa sulit itu pun tiba. Semua cerita, mimpi atau semangat itu terkubur dalam kabut pekat menuju lembah kegelapan. Sirna sudah. Hilang sudah. Tapi, aku sangat bertrimakasih pada dirinya. Dia telah mengukir Sesuatu yang tak pernah aku buat dalam setiap cerita yang kujalani. Dialah masa remajaku yang indah itu. Setidaknya hal-hal indah yang sering diceritakan orang-orang pernah aku alami.

Sinar mentari yang datang dari celah jendela itu semakin silau dan panas, pertanda hari akan menuju siang. Huh… Aku siap untuk menjalani hari ini lebih indah lagi dari hari kemarin yang telah membawaku sampai kehari ini. Banyak hal yang harus aku lakukan untuk orang-orang sekitarku yang telah menaruh harapan besar dipundak kecilku ini.


       Karya : L.Hamonangan A

Ingatkah kau akan malam itu ?
Indah dan sangat indah bersahaja
Semuanya tentang kita
Tentang  kebahagiaan itu

Lihatlah bulan itu
Merah merekah, tertawa dan bercanda
Menatap dua jiwa penuh bahagia
Dalam lingkaran cinta yang siap sedia

Sesalku selalu terarah akan hal itu
Yang membagi jantung ini menjadi tiga bagian
Meninggalkan kenangan yang penuh harapan
Yang sudah terlanjur aku siram saat itu

Hanya itu yang bisa aku katakan
Hanya bisa membayangkan
Dibalik kedua senyuman sang dewi malam
Bersembunyi dalam sebuah ketakutan

Lihatlah, kau ada disana
Memegang tanganku dan menari bersamaku
Menghabiskan malam ditengah badai kegelapan
Yang mencoba menerjang, merobek perisai kita
Perisai yang tumbuh oleh semua cinta dan cinta
Lihatlah lagi, dia tersenyum
Memamerkan kebersamaannya
Diantara lukaku dan dirimu
Yang habis ditelan mentari pagi

Berlalu dan kemudian berlalu
Mata ini tak bisa melihatnya
Keindahan akan hal itu
Ingin kuulang kembali

Dimensi itu selalu menyinari
Membawaku dan menyeretku kembali
Aku bahagia akan saat itu
Ketika harapan dan mimpi bisa kudapatkan

Terimakasih akan saat itu
Aku belajar untuk mengerti
Aku belajar untuk memahami
Akan arti sebuah cinta
Yang telah menyelamatkanku dari alam kematian

Menunggu

0 Comments Diposting oleh Unknown di 10.59


    Karya : L.Hamonangan A

Aku tahu, kau pergi meninggalkanku
Aku tahu, kau pergi dan membenciku
Dan kutahu kau tak pernah kembali

Sinar bulan itu pun sseakan menghantuiku
Ditengah malam yang sunyi dengan ketakutanku
Bersama-sama datang untuk menyambutku

Ah…entah apa arti semuanya ini
Datang dan kemudian pergi
Pergi dan datang sesuka hati

Betapa tersayatnya kulit ini
Saat semuanya terjadi bagaikan mimpi
Mimpi ditengah melodi penyayat hati

Menantikan dirimu adalah hal yang terindah
Bagaikan masuk kedalam sebuah dimensi  yang hampa
Sebuah dimensi hanya kau dan aku
Bersama dengan keyakinan yang tak pernah terhenti
Sampai ujung rambut gelap ini

Aku selalu berharap
Agar kau datang
Untuk menemaniku
Ditengah-tengah gelombang badai
Yang lekas membunuhku

Aku tak berdaya
Jika hidup ini bukan untukmu seorang
Hanya untukmu

Surga yang kunantikan adalah dirimu
Pelangi yang kuinginkan adalah dirimu
Bunga yang kumiliki adalah dirimu

Hanya dirimu sang rembulan itu
Yang memecah malam menjadi sebuah gelombang
Saat aku tahu kau adalah ombak terbesar dalam hidupku
Keras dan kaku menerjang dadaku
Hingga remuk ditelan sang dewi hijau

Biarkan aku disini
Meratapi kesetiaanku
Bersama sepi dan kabut hati
Yang membelenggu dalam jiwa nan sunyi

Keluarga Baruku

0 Comments Diposting oleh Unknown di 10.58


Semenjak aku dinyatakan lulus di sebuah universitas negeri di Semarang, yang terpikirkan dikepala ini adalah aku harus berpisah dari orangtua, adik-adikku dan semua teman-teman yang telah berjuang bersama dalam setiap perang dingin yang telah kami lewati bersama dalam beberapa musim. Itu adalah hal tersulit dalam diriku. Hanya memiiki waktu seminggu untuk berpikir dan pada akhirnya, aku memutuskan untuk meraih setiap kepingan-kepingan mimpi yang selama ini aku cari.
Langakahku terhenti pada sebuah rumah berwarna hijau. Kucoba memberanikan diri untuk mengetuk pintu  berwarna coklat dengan tubuh yang sangat lelah, penuh dengan keringat. Kemudian seorang perempuan yang seumuran dengan ibuku datang mendekat dan menghampiriku. Lalu aku masuk dan mengatakan maksud dan tujuan dari kedatanganku ini. Begitulah awal cerita aku memasuki kehidupan keluarga ini.
Hari demi hari kujalani setiap cerita demi cerita baru yang tertulis dalam sebuah buku yang tak tahu apa akhirnya, bersama keluarga ini. Begitu banyak cerita yang selalu menantiku. Banyak yang harus kupelajari dan perbaharui. Mulai dari sikap, sifat, dan juga bahasa serta kepribadianku yang selama ini memiliki banyak salah dan tidak sesuai. Walaupun begiu, aku tetap ingat dengan keluargaku yang jauh disana. Aku selalu memimpikan dan juga mendoakan bersama cahaya bulan yang selalu menemaniku disetiap malam.
Perbedaan itu memang ada. Aku selalu mencoba untuk menutup setiap celah-celah kecil itu. Menyusun setiap batu-batu kecil menjadi sebuah tembok besar dalam kehidupan ini. Setiap keramah-tamahan, kesopanan, dan kebaikan itu telah merasuki tubuh dan nafas ini, meredamkan setiap kobaran api yang selalu menghantuiku setiap saat.
Semua nafas ini aku berikan buat orang yang aku cintai. Suatu saat nanti, aku pasti akan kembali untuk memberikan hasil dari padi yang aku tanam yang berasal dari kerja keras yang penuh dengan tetes keringat ini.
Tapi, aku takut. Aku takut tak bisa kembali. Aku takut janjiku tidak bisa aku tepati. Aku takut aku terlambat. Aku takut semuanya pergi. Aku takut ketika kebencian itu kembali menghampiriku, mencabik-cabik tiap kulitku dan menghanyutkanku pada sebuah lubang yang aku tidak pernah tahu akan dasarnya dan kemudian aku mati meninggalkan semua jejak darah dalam setiap tubuh yang menangis dikesunyian malam. Aku harap aku tidak bermimipi dan aku pasti kembali.


Kini, langkahku harus terhenti. Aku tak tahu arah mana yang selanjutnya akan kutuju. Semuanya sirna. Jutaan mimpi itu, kini hanya sebuah cerita narasi yang tak bisa ku deskripsikan untuk orang-orang yang aku cintai. Semua usaha dan kerja keras yang selama ini aku lakukan hanyalah sebuah omong kosong dan bualan belaka buat orang-orang disekitarku. Aku telah gagal, aku tak bisa melanjutkannya kembali. Semua orang telah memandang sebelah mata terhadap diriku yang lemah ini. Tak ada harapan yang tertinggal dalam diriku. Hanya sebuah keyakinan teguh yang selalu membara dan bergejolak dan tak mampu ku kendalikan. Semuanya telah pergi dalam sebuah cerita yang tak tahu akhirnya.

Kini, cinta yang kumiliki tak dapat kumengerti lagi. Semuanya dusta dan bernoda dimalam yang gelap tanpa seberkas cahaya bintang. Semua kata yang pernah kudengar, seakan berlari menjauh dari telinga ini. Setiap detik yang mengalir, menghanyutkanku bersama ribuan cerita yang telah pergi ke alam ribuan peri. Darah ini seakan berjalan cepat mengitari kepala yang tak bernaluri. Semuanya hampa dalam sebuah cerita. Cerita yang kusebut khayalan masa kini yang tertuang dalam butiran pasir penuh belenggu darah kenistaan dan penderitaan. Semuanya hanyalah cerita yang tak kumengerti awalnya.

Kini, semua yang tercipta harus pergi. Pergi kesebuah tempat sunyi untuk memulangkan semua rasa ini, memperbaiki diri untuk saling mengerti pada semua mahluk antara aku dan cerita ini. Bukan berarti aku mati, tapi aku masih berdiri untuk mematahkan setiap sakit hati yang pernah terukir indah didada yang penuh darah penderitaan tanpa arti untuk menyapa kembali sang mentari pagi dengan jutaan indah cahaya yang hampir menguliti tubuh ini. Semuanya hanyalah cerita yang tak kumengerti artinya.

Kini, aku menanti. Menanti sebuah bidadari yang dapat memberikan sebuah keindahan murni, belum ternoda akan dunia untuk memberikan sebuah energi baru untuk mengubah naluri dalam semua cerita ini. Hanya cerita yang bisa membuat hidupku berarti. Hanya cerita yang bisa membuat dunia mengerti akan semua luka perih yang masih tergores didada ini. Hanya cerita yang bisa mengerti betapa paahitnya dunia ini. Hanya cerita yang bisa menceritakan semua cerita ini.


Jika di kaji lebih dalam lagi, pasti akan menimbulkan berjuta-juta pertanyaan yang akan meronta keluar dari otak ini. Mungkin terlihat aneh, tapi itulah aku. Sebahagian orang mengetahuinya dan kebanyakan tidak sama sekali. Mungkin perbuatan ku terlihat buruk atau sangat buruk. Tapi aku punya alasan yang bisa aku jelaskan dan aku tidak ingin. Semuanya itu, biarlah sang fajar yang mejelaskannya.


Desiran angin yang perlahan-lahan akan mengingatkan mu tentang pedihnya tangan ini untuk menggemggam erat butiran-butiran pasir yang memilukan setiap sendi di kaki. Aku tak ingin kau melihatnya. Suatu saat nanti kau akan mengerti atau aku yang akan memberitahukan mu tentang sepucuk daun yang jatuh dari batang yang rapuh.


Aku tak ingin ada duri yang akan merobek-robek kehangatan ini. Tapi aku tak ingin juga merasakan kehangatan itu. Mungkin inilah yang terlihat salah ketika ketika mentari pagi tak ingin menyinari kepedihannya yang akan terluka dan meleleh di telah dusta. Mungkin inilah yang akan aku pelajari dari setiap kisah yang tak bisa di lihat mata dan di cerna oleh kepala. Tidak ada suara kehangatan yang akan bisa di dengar lagi. Telah hilang di telan gemerlapnya malam yang sunyi bersama jutaan bintang yang menghiasi indahnya di malam itu.


Mungkin akan kuberiahu apa itu kata. Kata yang selalu terucap dari bibir manis yang terlihat indah di mata, terbuai oleh merdunya merdunya kehangatan dari suara itu. Namun sekejap pergi meninggalkan jutaan bintang yang menemaninya di kala semuanya hilang meninggalkan malam yang gelap . Hanya suara kematian yang terdengar dari burung camar yang tak pernah mengerti tentang rasa kehilangan.